Mengenal Gelombang Otak
- Love - Laugh - Sharing Project
- Nov 5, 2019
- 3 min read
Updated: Nov 6, 2019

Kita ketahui bahwa jaringan otak setiap manusia itu menghasilkan gelombang listrik. Dimana gelombang listrik ini disebut brainwave atau gelombang otak. Dan pengukuran gelombang atau frekwensi otak itu didasarkan pada jumlah pulsa (impuls) per detik dengan satuan hz. Berdasarkan riset selama bertahun-tahun di berbagai negara maju, frekwensi otak manusia berbeda-beda untuk setiap fase sadar, rileks, tidur ringan, tidur nyenyak, trance, panik, dan sebagainya.
Melalui penelitian yang panjang, akhirnya para ahli syaraf (otak) sependapat bahwa gelombang otak berkaitan dengan kondisi pikiran. Dalam kesempatan ini saya akan menjelaskan satu per satu tentang jenis-jenis frekwensi gelombang otak dan pengaruhnya terhadap kondisi otak manusia.
Kalau kita pergi ke rumah sakit, laboratorium, atau ke pusat-pusat penelitian fungsi otak manusia, maka kita bisa menemui Electro Encephalograph (EEG) dan Brain Mapping.
Electro Encephalograph (EEG) digunakan untuk memeriksa getaran, frekwensi, sinyal atau gelombang otak yang kemudian dikelompokkan ke dalam beberapa kondisi kesadaran. EEG ditemukan pada tahun 1929 oleh psikiater Jerman, Hans Berger. Sampai saat ini, EEG adalah alat yang sering diandalkan para peneliti yang ingin mengetahui aktivitas pikiran seseorang. Sedangkan Brain Mapping digunakan untuk memeriksa fisik daripada otak. Yaitu untuk mengetahui adanya gangguan, kerusakan atau kecacatan otak, misalnya tumor otak, pecahnya pembuluh darah otak, benturan pada kepala dan sebagainya.
Ada Empat gelombang otak yang dihasilkan pada umumnya oleh manusia yaitu beta, alpha, theta, delta.

Gelombang Beta
Frekwensi gelombang Beta berada pada kisaran 12 – 25 Hz. Kita berada dalam kondisi ini saat kita sadar, melakukan aktivitas sehari–hari, melakukan aktivitas yang menuntut konsentrasi tinggi, melakukan debat, berolah raga atau melakukan proyek yang rumit.
Gelombang Alfa
Frekwensi gelombang Alfa ini berada pada kisaran 8 – 12 Hz, kondisi alfa yang optimum adalah pada frekuensi 10,5 Hz. Dalam kondisi alfa ini, biasanya kita dalam keadaan rileks tetap waspada, misalnya membaca, menulis, melihat dan memikirkan jalan keluar pada suatu masalah.
Gelombang Theta
Frekwensi gelombang theta berada pada kisaran 4 – 8 Hz. Saat kita berada dalam kondisi theta, kita berada dalam keadaan yang sangat rileks, masuk ke kondisi meditatif dan ide–ide kreatif muncul. Bila kita tidak dapat mengendalikan diri kita, kita akan masuk ke kondisi delta alias tidur.
Gelombang Delta
Frekwensi gelombang delta berada pada kisaran 0.5 – 4 Hz. Kondisi ini adalah kondisi tidur tanpa mimpi dan kita menjadi “tidak sadar“ akan keadaan sekeliling kita.
Penemuan alat untuk mengukur gelombang otak berpengaruh positif terhadap perkembangan mind technology. Gelombang otak sangat berpengaruh terhadap tingkat kesadaran kita. Tingat kesadaran itu merupakan keadaan pikiran kita. Pikiran kita pada umunya terdiri dari pikiran sadar, pikiran bawah sadar dan pikiran tidak sadar.
Ketika otak kita menghasilkan gelombang beta, maka kesadaran / pikiran saat itu dalam keadaan sadar. Untuk gelombang pikiran bawah sadar , frekuensi yang dihasilkan oleh otak adalah gelombang alfa dan theta, sedangkan pada gelombang delta, saat itu pikiran pada kondisi tidak sadar.
Penjelasan mengenai pikiran akan saya bahas pada artikel selanjutnya. Sebelum saya akhiri artikel ini, saya ingin berbagi tentang pentingnya kita mengistirahatkan otak kita. Sama halnya dengan organ tubuh lainya, otak kita membutuhkan waktu istirahat cukup untuk bisa beroperasi secara optimal.
Itu sebabnya sistem belajar SKS, anda tahu SKS ? Apakah pembaca pernah mengalaminya ? Yang satu ini saya juga pernah mengalaminya. Bahkan ketika saya bertanya kepada teman saya yang juara 1 di kelas, dia juga menjawab ya.. SKS ( sistem kebut semalam ). Sistem ini tidak bisa mencapai hasil pembelajaran yang maksimal. Lalu kita akan bertanya “Lah kok tetap bisa juara 1 ?“ Nah itu banyak faktornya. Seperti daya ingat mereka yang sangat baik dan lain sebagainya. Lantas kenapa system SKS bisa tidak maksimal ? Hal tersebut dikarenakan otak sangat lelah. Untuk berpikir, kita harus menggunakan otak neo cortex. Saat lelah dan tegang, otak yang aktif adalah otak reptil. Itulah sebabnya informasi yang dipaksakan untuk dipelajari pada malam sebelum ujian tidak dapat atau sulit diingat kembali saat mengerjakan soal ujian keesokan harinya.
Tambahan mengenai jam tidur. Waktu tidur sangat tergantung pada usia. Rata-rata bayi atau anak kecil tidur selama 14 jam dalam sehari. Orang dewasa selama 7,5 jam, dan manula tidur selama 6 jam sudah cukup. Tetapi sebelum ditemukannya lampu listrik, rata-rata jam tidur adalah selama 9 jam/hari.
Pada waktu tidur, akan terjadi REM ( Rapid Eye Movement ), pada saat inilah semua informasi yang telah dipelajari selama satu hari akan diatur di dalam otak dan dan disimpan sebagai memory kita. Informasi ini akan diambil dari memori jangka pendek ( pikiran sadar ) dan dipindahkan ke memory jangka panjang ( pikiran bawah sadar ). Rata–rata bayi atau anak kecil mempunyai REM 45 % - 60 % dari waktu tidur mereka. Sedangkan orang dewasa hanya sekitar 20 % saja.



Comments