Melihat kedalam diri
- Love - Laugh - Sharing Project
- Nov 6, 2019
- 4 min read

Melihat kembali kepada kehidupan yang telah kita lalui seiring dengan waktu, tidak terkecuali bagi saya sendiri juga adakalanya kita bisa melakukan suatu penilaian keluar yang mana hal tersebut muncul dalam diri kita. Dimana kita membuat beberapa kriteria terhadap orang lain yang berhubungan dengan semestinya orang itu begini. Orang itu mesti begitu, dia tidak boleh bersikap demikian, apakah dia tidak tau itu perbuatan bodoh atau juga orang itu kok tidak mengerti sich,uda dibilangi berkali-kali dan lain sebagainya. Hal ini mengingatkan saya dengan sebuah cerita di bawah ini yang telah mengajarkan saya sehingga menjadi lebih memahami orang lain.
Dikejutkan dengan seorang pria yang datang menjinjing seekor burung beo dalam sangkar lalu kemudian menyapa pegawai toko penjual binatang “Saya ingin mengembalikan burung ini.” katanya.
Lalu si pemilik kios pun menarik nafas dalam–dalam untuk menerima dengan lapang dada setiap keluhan dari pembelinya. Karena dia tahu bahwa rata–rata jika ada keluhan dari pembeli adalah tidak lain burungnya tidak bisa bicara. Jadi sebelum pria itu angkat bicara, si pemilik toko tersebut duluan angkat bicara.
“Tuan, kami jamin bahwa semua burung beo kami bisa bicara. Tapi kami memang tidak bisa menjamin kapan mereka bicara dan peraturan ini telah jelas tertulis pada kwitansi pembayaran“
“Bukan, bukan itu masalahnya. Anda tidak mengerti” kata pria itu. Lalu kemudian menyambung “Burung ini sich bisa bicara, hanya saja saya tidak senang dengan sikapnya”.
Pemilik toko pun terheran-heran dan berkata “Anda memang benar, saya tidak mengerti. Tolong dijelaskan”.
Pria itu melanjutkan pembicaraan “Burung ini saya beli seminggu yang lalu. Setiap pagi saya berdiri di depan sangkarnya dan bertanya “Bisakah kau berbicara ?”. Hal itu saya lakukan selama seminggu tapi hasilnya tetap nihil. Dia tidak menjawab seperti yang saya inginkan. Kemudian pagi ini, sekali lagi saya berteriak “Bisakah kau bicara?! Mahluk tolol, bisakah kau bicara ?!”.
Pria itu kembali memandang burung beo yang ada di sisinya. Lalu si pemilik toko bertanya “Lantas, apa yang terjadi?”
“Burung itu balas memandang saya“ kata pria itu. Dan berkata lagi dengan meniru suara burung beo, ”Saya sich bisa bicara. Tapi anda sendiri bisa terbang tidak ?!”
Kita boleh saja tertawa dengan cerita ini. Tapi ingat bahwa tertawaan ini sesungguhnya cocok untuk diri sendiri. Bisa jadi anda melakukan kekonyolan seperti itu.
Betapa seringnya kita memberikan pra-syarat tentang bagaimana orang lain harus bertindak. Mereka harus seperti ini, mereka harus seperti itu. Kita lupa bahwa setiap orang berbeda. Mereka memilki latar belakang lingkungan yang berbeda, pendidikan berbeda, temperamen berbeda, prioritas berbeda.
“ janganlah memperhatikan kesalahan – kesalahan orang lain atau hal yang sudah dikerjakan atau belum dikerjakan oleh orang lain. Sebaliknya, Seseorang hendaknya memperhatikan hal – hal yang sudah dikerjakan atau belum dikerjakan oleh diri sendiri.”
Ketidaksadaran kita tentang kebenaran ini sering kali berbuntut pada sikap mental yang selalu menyalahkan orang lain. Bila kerja sama tidak berlaku, bila persahabatan putus, kita juga bertanggung jawab atas kejadian tersebut. Bila seseorang meninggalkan kita, itu juga bagian dari kesalahan kita. Bila kita diperlakukan tidak pantas oleh orang–orang dekat kita, itu juga bagian dari perbuatan kita.
Hal ini bukan berarti bahwa semua letak kesalahan pada kita, tetapi yang mesti kita lakukan adalah melihat ke dalam diri untuk melakukan sesuatu yang berlandaskan pada pemikiran yang benar (right thinking) menuju tindakan benar tentunya. Apabila memang atmosfer tidak bagus, maka tinggalkanlah.
Kita sering mendengar orang berkata “Orangtuaku payah, mereka tidak bisa mendidik anaknya dengan benar dan menjadi teladan”.
“Bos cuman tahunya ngomong, buktinya dia sendiri juga melenceng”.
“Selalu saja di-push ama bos, tapi dukungannya mana ? “
“Team leader kita juga santai-santai aja itu, padahal leadership itu kan lead by example”.
Dan lain sebagainya akan keluar dari mulut kita ketika kita kesel dengan lingkungan tempat kita berada.
Begitulah orang tidak bijaksana hanya menyibukkan diri dengan mencari kekurangan dari sisi lain. Sibuk memikirkan kelemahan orang lain, ketidak-perdulian orang lain. Memang secara kasar mata seringkali sesuatu itu terjadi seperti begitu saja. Hal ini karena keterbatasan kita mengetahui cara kerja hukum tabur tuai atau biasa disebut juga dengan hukum perbuatan. Tetapi kita semua setuju bahwa penglihatan sering menipu kita.
“ Orang dungu hanya bergantung pada apa yang dilihat, didengar atau dikognisi, juga pada peraturan serta memandang rendah orang lain.
Orang dungu selalu menentukan penilaianya sendiri dan merasa bahagia dengan penilaiannya.
Sesungguhnya sangat kecil kemungkinan bahwa kita hanya jadi korban yang tidak bersalah. Untuk bertepuk tangan saja kita membutuhkan dua tangan. Ada kondisi yang menentukan. Segala sesuatunya tidak akan muncul secara tiba–tiba. Ada asap tentu saja karena ada api. Dan jika kita masih merasa menjadi korban yang tak bersalah, lepaskanlah peran itu sekarang juga ! Rangkullah masalahnya dan berdayakan diri kita untuk mengakhiri hal itu.
Kita hendaknya bercermin diri bahwa diri kitalah penentu kondisi bhatin kita. Jika faktor luar sebagai penghambat kemajuan akan diri kita, maka berhentilah berkeluh kesah. Kemudian mulailah dengan berpikir positif , berucap ramah, berprilaku luhur dan menjalani cara hidup berkualitas. Mulailah dari diri sendiri, mulailah dari hal yang sederhana dan mulailah dari sekarang. Sungguh sayang jika kita merusak susana hati kita hanya karena faktor luar yang terjadi.
Bila kita merasa terganggu oleh prilaku orang lain, ada baiknya kita mengajukan dua pertanyaan yang ditujukan kepada diri sendiri.
“Mengapa saya tidak memperhatikan kelebihannya atau hal–hal positifnya saja ?”
“Apa yang saya peroleh dengan merasa terganggu ?” Bila kita tetap merasa terganggu, itu karena kita memang ingin diganggu. Ya.. diganggu oleh pikiran kita yang selalu melekat akan hal itu.
Dan yang terakhir yang bisa dilakukan adalah mendoakan mereka-mereka yang mengganggu pikiran anda “Semoga dia berbahagia dengan apa yang dia perbuat “.
Sulitkah ? hmm.. tidak dicoba mana tau ? Ketika anda kecil, belajar berjalan sulit gak ? Lantas sekarang kan sudah mahir bukan ? Itu karena apa anak–anak ? “Latihan“ Ya.. pintar sekali.. (he..macam ngajar anak TK aja. Tapi ini benar.. practice make perfect to manage your mind cause mind, body n soul are a unity.



Comments