IESQuotient
- Love - Laugh - Sharing Project
- Nov 5, 2019
- 6 min read

Mengenal 3 vitamin kecerdasan yang sangat dibutuhkan dalam era globalisasi saat ini, dan perlu ditingkatkan kadarnya vitamin tersebut. Seperti yang telah kita ketahui ada kecerdasan Intelektual, kecerdasan emosional, dan kecerdasan spiritual. Kecerdasan secara tidak langsung ataupun langsung sangat dibutuhkan sekali dalam mengubah nasib kita. Baik itu nasib menerima rejeki, nasib mencari pacar ( emang mau ama pacar yang bego ? ga kan ? ;p) dengan memiliki kecerdasan setidaknya kita tidak dipandang sebelah mata dalam arti punya rasa hormat.
Kita harus mencoba meningkatkan pesona yang ada dalam diri kita, sejelek apapun kita, semiskin apapun akan selalu ada pesona itu didalam diri kita. Jika anda kurang pintar, anda bisa memesona dengan kemauan belajar anda. jika anda miskin, anda bisa memesona dengan kejujuran anda dengan tidak korupsi. jika ada jelek ( jelek ini relatif ya, begitu juga dengan cantik) anda bisa memesona dengan perhatian anda. dan banyak sekali sisi lain yang bisa anda kembangkan dan latih untuk menjadi refleks dikelak kemudian.
Mengenal kecerdasan Intelektual.
Kecerdasan yang satu ini merupakan persyaratan untuk menjadi orang sukses. Kecerdasan ini berurusan dengan cara berhitung duit, hal yang bersifat teknis, dan akademis. Sifat yang teknis ini adalah orang yang teliti dalam menghitung, menimbang, mengalkulasi, melakukan tarik ulur. Nah kecerdasan intelektual ini berada di otak kiri dan selalu kita asah mulai dari bangku SD sampai perguruan kiri, eh salah.. tinggi. Dalam hal ini sekolah adalah penakarannya, buku adalah alatnya, dan membaca adalah tradisinya. Jadi dapat dilihat bahwa keberhasilan intelektual biasa tercapai tentunya karena mempunyai kebiasaan membaca ( kalau komik ga masuk hitungan ya.. itu cuman hiburan, dan kalau di konsumsi dalam dosis tinggi akan menyebabkan otak komik J )
Semakin tinggi sekolah seseorang , semakin memiliki kesempatan untuk meningkatkan intelektualitasnya. Namun sekolah disini diartikan bahwa pendidikan yang bisa kita dapatkan diluar baik secara formal maupun informal yang ada di pasar bebas sana dengan segala interaksinya. Intinya tidak ada orang yang menjadi intelek tanpa sekolah. Seseorang tidak perlu sekolah tinggi untuk memiliki kematangan intelektualnya, jika ia punya mental sekolahan dan menjalankannya.Orang yang Selalu menelaah segala sesuatu dengan disiplin ilmu pengetahuan termasuk menelaah diri sendiri. Dunia intelek adalah dunia membaca, jadi membacalah !!
Mari bersepakat bahwa kecerdasan intelektual ini berkembang amat cepat jika hidup dalam kebudayaan membaca. Mulailah membaca dari buku – buku yang anda sukai tapi kemudian bercita –citalah untuk kuat membaca buku apa saja, untuk akhirnya kembali lagi ke soal soal yang hanya anda suka. Suka yang pertama tentunya berbeda dengan suka yang ketiga. Suka yang pertama ketika kita tertarik pada sesuatu kemudian kita membacanya kemudian kita membaca keseluruhan dari hal hal yang terkait sampai pada titik bahwa kita menyukai salah satu bidang untuk menjadi pakar atau spesialiasi dari yang kita sukai itu.
Setelah anda membaca, cobalah untuk menulis. Tidak perduli apakah kita mengerti tata cara penulisan yang baik, tapi cobalah untuk menulis segala perencanaan kita seperti hendak membeli keperluan. Karena menulis itu adalah sikap. Sikap hidup yang efisien dan terencana itulah target.
Ayo cobalah untuk menuliskan apa yang bisa ditulis, mulai dari gagasan anda sediri, ide – ide, harapan. Hal ini akan sangat menyenangkan kita akan perlahan menarik sesuatu yang kita inginkan belajar untuk memikirikan apa yang akan kita inginkan kelak, memikirkan tujuan hidup selanjutnya bagaimana kita lalui. Hal ini tidak ada benar dan salah nya. Semua anda tulis sepenuhnya adalah benar. Gambar kecil, garis – garis atau arsiran, emang gue pikirin dengan orang lain. Yang penting anda mengerti apa yang anda tulis sendiri.
Menulis sebagai sikap ini akhirnya akan membuat hidup anda berjalan lebih jelas, terarah, dan terbayangkan. Hidup yang tidak terbayangkan adalah hidup yang beku karena ia sudah berupa kepastian : pasti gagal, misalnya. Nilainya telah ditentukan. Dan, jika nilai itu hanya berakhir di angka enam, pasti sebuah kerugian karena masih ada angka sembila, sepuluh, dan seribu. Nilai ke depan yang tak terbayangkann itulah keasyikan karena kita tak tahu dimana batasnya. Menulis membantu kita menjelajah dunia yang tak terbayangkan ini.
Setelah rampuh menulis, berbicaralah! He..he.. tidak mesti jadi operator, tidak juga untuk menjadi pembicara publik. Tapi berbicara dengan orang – orang yang ada di sekitar anda. berbicara ibaratkan kita mengucapkan matra dimana kita mengarahkan apa yang kita inginkan kepada pendengar sehingga pendengar terarah pada kita dan mengerti maksud dari yang kita inginkan serta bertindak sesuai dengan apa yang kita inginkan.
Setelah anda pintar membaca, menulis, berbicara, selanjutnya mendengar ! jangan karena sudah pintar berbicara, anda tidak sabar untuk mendengar orang lain berbicara. Jangan menatap orang lain yang sama pintarnya dengan anda sebagai peseteru, tapi tatap dia, hormati dan dengar kata – katanya. Meskipun itu bukan soal baru bagi anda. Ada sesuatu yang lebih besar dari soal kata – kata dan pengetahuan baru. jika anda mendengar orang lain berbicara, anda akan mendapatkan ganjaran yang lebih besar, yakni rasa hormat orang itu kepada anda. ini rezeki yang berharga.
Mengenal kecerdasan Emosional.
Setelah anda cerdas sebagai intelektual, anggap saja, anda sudah kaya, pintar bicara, hidup dalam disiplin ilmu tapi tahukah anda bahwa ini baru langkah pertama menuju hidup yang lebih baik ? karena kita tahu tidak semua orang pintar itu menyenangkan. Banyak kita ketahui kalau temen yang pinter itu rada pelit ilmu, sombong dan lain sebagainya. Sudah banyakkah anda menemuinya ? sering sekali.
Ada guru yang pintar, namun ketika mengajar, murid semua rata – rata pada tidak mengerti apa yang diceritakan. Ada yang kaya namun pelitnya setengah mati. ( untung tidak mati beneran , he..he.. ). Ada yang sukses dalam berbisinis namun tidak sukses secara sosial. Ada yang pintar cari uang, tapi tidak pintar bertemen. Setiap menatap orang lain, hanya menatap rupi dan untung.
Ini adalah kecerdasan yang membuat pemiliknya, siapapun anda, akan menjadi pribadi yang menyenangkan. Jika intelektual bermain di dunia pemikiran, maka emosional berada dalam dunia perasaan. Seseorang yang sukses pemikiran tetapi miskin perasaan, ia akan menjadi pribadi yang keras, kaku, dan bisa pula ganas.
Untuk mencari sosok seorang figur yang mewakili kepintaran tapi miskin perasaan ini, bisa di lihat pada lingkungan kerja kita. Kalau ia seorang atasan, misalnya seorang atasan yang jarang tersenyum, jarang memuji, jarang memberi atensi, jarang menaruh hormat, jarang mendengar, jarang memberi kesempatan bawahannya berbicara. Hal ini tentunya kita tidak bisa laporkan kekantor polisi, karena dia adalah atasan kita. Inilah yang dihadapi bawahan jika mempunyai atasan demikian, menatap gedung seperti melihat rumah tahanan. Sungguh mustahil mengharapkan seorang bekerja dengan semestinya jika jiwanya tidak merdeka. Jadi untuk membuat perusahaan runtuh tidak memerlukan sebab – sebab yang serius. Cukup buatlah seluruh karyawan sebel pada keadaan. ( He..he.. tidak untuk di implementasi ).
Ketenangan merupakan sesuatu yang dibutuhkan dalam supaya lebih relaks dan nyaman dalam berinteraksi, sekalipun kadang kita tidak terkenal, tapi tenang lah. Tentunya kita juga ada yang mengenali kita. Periksalah sumber ketidak tenangan hidup itu. Apa saja bisa menjadi sumbernya, Langsung jinakkan saja. Karena hanya dengan penjinakkan inilah, kita baru akan memilih kesempatan untuk memerhatikan soal – soal diluar diri kita.
Manfaatkanlah hukum relativitas, kita ketahui bahwa tidak ada yang sepenuhnya benar, dan tidak ada yang sepenuhnya salah. Tidak ada yang sepenuhnya sial dan untung. Cari lah sesuatu daerah abu – abu untuk menonjolkan kelebihan dari pada oranglain.
Buat lah jarak, hal ini kita bisa kutip dari pernyataan stephen R Covey, karena ketika jarak antara aksi dan reaksi itu rapat sekali, yang tersedia hanya gerak – gerak refleks. Anda tahu mengapa sebuah gerak disebut refleks ? karena ia tak perlu dikontrol oleh pikiran sadar. Ia bergerak sebagai insting dari pikiran bawah sadar. Jadi insting inilah yang harus di kelolah dan di kontrol agar lebih terencana dan bermanfaat.
Mengenal kecerdasan Spiritual.
Jadilah mulia , itulah kecerdasan spiritual. Inilah saatnya kita bicara soal nilai. Tidak semua manusia cerdas bisa menjadi luwes dan anggun. Tidak semua yang anggun selalu berwatak mulia. Itulah kenapa ada sebutan penjahat berdasi. Karena kecerdasan dan kelembutan bisa pula menjadi alat untuk menipu. Karena kecerdasan dan kelembutan bisa pula menjadi alat untuk menipu. Namun, nilai pasti menolak untuk membohongi dirinya sendiri. Jadi, setelah pintar dan perasa, manusia butuh memaknai lebih dalam lagi makna hidupnya. Sementara ini, biarlah saya menyebutkannya sebagai orientasi terhadap nilai.
Setiap orang memang harus menjadi lebih spiritual tanpa harus menjadi spiritualis. Mengapa ? karena manusia adalah mahluk spiritual. Perjalanan yang terhenti hanya di tahap intelektual dan emosional adalah berjalan menuju pagi tapi ditengah malam sudah keburu terhenti. Lahir, hidup, dan mati itulah proses spiritual. Tumbuh, kembang, buah itulah spiritual. Jadi, menjadi spiritual adalah perjalan logis saja. Tidak istimewa karena memang sudah seharusnya.
Siapa yang tumbuh tapi tidak berkembang, dan siapa yang mengembang tetapi tidak berbunga, pasti hidup diluar kewajaran. Jadilah diri kita semakin hari semakin bernilai.
ketiga kecerdasan ini akan sangat dahsyat jika kita dalam mengembangkan dan menggunakan didalam kehidupan sehari – hari. Intelektual dan emosional itu setara dengan nuklir. Jika meledak dahsyat sekali. Tapi kita tahu ledakan itu, jika liar dan tak terkendali akan mendulang risiko taek terperi. Spiritual lah penjinaknya. Ia adalah peta nilai karna meskipun kita tidak bisa melihat dengan mata hukum – hukum alam akan selalu ada dan bekerja dengan sangat adil.
Ayo tingkatkan dosis 3 kecerdasan tersebut untuk kwalitas hidup anda.



Comments