Edisi ABSM - Bagaimana caranya bisa 100% menghikhlaskan dan memaafkan kesalahan orang lain?
- Love - Laugh - Sharing Project
- Nov 17, 2019
- 4 min read

Memaafkan itu ternyata lebih kepada menyelamatkan diri sendiri dari segala emosi pribadi yang bisa menjerat diri sendiri, membunuh diri sendiri– Joyce Meyer
Tidaklah mudah seperti membalikan telapak tangan untuk memaafkan orang lain yang telah menyakiti atau melukai hati kita dalam keadaan apapun, Namum untuk meringankan langkahmu dalam menjalani hidup ini, kamu perlu memaafkan mereka mereka yang pernah bertemu didalam kehidupan mu dalam hal yang tidak menyenangkan.
Mengapa ? Memaafkan bukan berarti harus melupakan. ya tentunya memaafkan harus dengan ihklas baru ada manfaatnya bagi diri kita. sebelum menjawab bagaimana caranya. mari kita mengerti dulu mengapa pentingnya memaafkan.
Suatu kejadian atau masalah yang terjadi yang membuat kita tidak nyaman bisa memunculkan bermacam macam emosi , seperti marah, kecewa, dendam, benci, terluka, sakit hati, perasaan bersalah, takut, cemas, khawatir, dan kawan-kawannya sebagai emosi negatif. Emosi negatif adalah emosi yang bila kita rasakan atau alami akan sangat mengganggu kita.
Pertanyaannya sekarang adalah, “Dari manakah sebenarnya emosi ini?”
Emosi muncul sebagai hasil dari suatu pemaknaan. Setiap kejadian adalah netral. Tidak ada kejadian yang baik atau jelek. Semua bergantung pada diri kita sendiri. Kita memberikan makna pada kejadian itu berdasarkan persepsi kita. Persepsi dipengaruhi oleh belief system kita. Jadi, ujung-ujungnya sebenarnya bicara soal belief system atau sistem kepercayaan.
Nah, begitu kita memberikan makna pada suatu kejadian atau peristiwa maka emosi yang muncul bisa berupa emosi positif, emosi negatif, atau netral.
Lalu, bagaimana kita bisa melupakan dan memaafkan, atau memaafkan dan melupakan?
Pertama, yang perlu diluruskan adalah kita bisa memaafkan namun kita tidak akan bisa melupakan. Semua yang pernah kita alami tersimpan di memori di pikiran bawah sadar kita.
Memori adalah data yang disimpan di pikiran bawah sadar kita. Data ini berisi beberapa hal yang berhubungan dengan suatu kejadian atau peristiwa, antara lain:
1.Waktu terjadinya 2.Lokasi kejadian 3.Siapa saja yang terlibat 4.Gambar/image 5.Suara 6.Bau 7.Rasa 8.Sensasi perabaan 9.EMOSI.
Yang membuat masalah sebenarnya bukan komponen 1 sampai 8, tapi yang no 9, emosi. Komponen emosi muncul sebagai hasil dari pemaknaan.
Nah, untuk memaafkan maka kita harus bisa menetralisir emosi ini. Selama emosi tidak berhasil dinetralisir maka kekuatan penolakan, untuk tidak memaafkan, akan sangat kuat. Re-edukasi pikiran bawah sadar, misalnya memberikan pemaknaan baru terhadap kejadian yang tadinya dirasa menyakitkan, baru bisa berjalan efektif, mudah, dan permanen saat emosi ini telah kita bereskan.
Setelah emosi dibereskan maka kita tetap bisa mengingat semua kejadian atau pengalaman namun sudah tidak lagi terpengaruh. Kita mengingat pengalaman itu hanya sebagai suatu kenangan dengan intensitas emosi yang netral.
Saat emosi berhasil dibereskan, saat inilah kita dinyatakan sembuh. Jadi yang menjadi sumber masalah selama ini adalah emosi (negatif).
“Tapi mengapa walaupun sudah memaafkan, saya tetap tidak bisa keluar dari masalah saya?”
Jangan kaget atau heran, ini yang paling sering kita alami. Kita sering merasa sudah sungguh-sungguh memaafkan tapi kok masalah yang sama tetap muncul. Jawabannya sederhana. Kita belum sungguh-sungguh memaafkan.
“Lho, saya ini sudah sungguh-sungguh memaafkan.”
Ah, yang benar. Kalau sudah benar-benar memaafkan seharusnya masalah atau emosi itu sudah benar-benar tuntas. Tidak mungkin akan muncul lagi emosi negatif yang sama pada kejadian itu.
Pernah kah yang katanya sudah memaafkan tapi kok masih merasa sakit hati?
Kesalahan yang dilakukan kebanyakan kita adalah kita hanya memaafkan pada level kognisi. Kita menyadari bahwa kita memang perlu memaafkan. Lalu kita memutuskan untuk memaafkan.
Namun apabila memaafkan dilakukan pada level kognisi, atau yang dikenal dengan level pikiran sadar, maka tidak akan bisa efektif. Memaafkan harus dilakukan pada level afeksi atau pikiran bawah sadar.
Mengapa perlu melakukan pada level pikiran bawah sadar? Karena emosi dan memori letaknya di pikiran bawah sadar. Kita perlu masuk lokasi yang tepat, ke pikiran bawah sadar, untuk melakukan forgiveness. Dengan cara ini baru bisa efektif, efisien, dan permanen hasilnya.
Ok, kalau begitu, bagaimana cara memaafkan yang baik dan benar?
Begini, memaafkan akan sangat mudah kita lakukan bila tekanan “uap” yang ada di dalam Tungku Mental berhasil kita keluarkan semuanya. Tentu ini menggunakan teknik yang sesuai dan “uap” tidak asal dikeluarkan.
Mengapa perlu mengeluarkan “uap” terlebih dahulu? Karena tekanan “uap” pada dinding tungku mental ini akan termanifestasi dalam bentuk resistensi atau penolakan untuk berubah. Semakin kuat tekanan “uap” maka semakin sulit untuk berubah atau memaafkan.
Setelah “uap” keluar semua maka tekanan mental yang tadinya sangat mengganggu diri orang tersebut berhasil dihilangkan. Nah setelah itu barulah dilakukan reedukasi pikiran bawah sadar. Tekniknya bisa macam-macam tergantung situasi dan kebutuhan.
Apa yang terjadi bila memaafkan dilakukan tanpa terlebih dahulu mengeluarkan”uap”?
Wah.. ini sangat sulit. Pikiran sadar bersedia memaafkan tapi pikiran bawah sadar akan bersikeras berkata, “Kok enak. Sudah menyakiti hati saya, melukai hati saya, sekarang mau dimaafkan. Nggak usah ya.”
Apakah memaafkan bisa dilakukan dengan menggunakan kekuatan Will Power? Oh, tentu bisa. Tapi ini makan waktu yang sangat lama.
Ada beberapa cara memaafkan :
forgiveness therapy - yang di bimbing oleh hypnotherapy untuk mencari akar masalah menggunakan metode regresi , pemaknaan ulang atas kejadiaan tersebut.
Meditasi memancarkan cinta kasih - duduk dengan tenang, punggung bersandar, telapak kaki menapak lantai, bila perlu putar musik relaksasi ( yang tidak ada lyric lagunya - agar kamu tidak nyanyi :) tutup mata, tarik nafas dan hembuskan sebanyak 3x . bayangkan ( visualisasi tempat kedamaiannya mu, tempat dimana kamu merasa paling relax , apakah pantai, danau, dll. setelah itu munculkan object yang selama ini mengganggu kamu, cobalah tersenyum.. mendekat ke dia, coba untuk berjabat tangan dengan dia,rangkul dia. maafkan dengan ikhlas. jika kamu tidak sanggup. berdoalah kepada Tuhan, minta kekuatan energi dari Tuhan masuk kedalam tubuh mu, dan lakukan.
Sesering mungkin melafalkan " semoga semua mahkluk hidup bahagia " ini mantra yang sangat dahsyat. kita mendoakan siapapun termasuk musuh kita.
Metode Ho'oponopono ( 4 kata : saya menyesal, maafkanlah saya, saya mengasihimu , terima kasih ) ke empat kata ini adalah cara kita berdamai dengan diri kita sendiri. kita tahu kita punya banyak bagian diri. ( mengenai bagian diri. kita bahas di kesempatan yang lain " - contoh sricpt nya " saya menyesal, ada bagian diri saya yang menyebabkan saya sulit untuk memaafkan xxx karena dia telah melakukan xxx , maafkan lah saya, saya mengasihi mu, terima kasih " susun script , dibaca setiap hari sebelum tidur selama 5 - 10 menit. lakukan selama 1 - 3 bulan. dan lihat apa yang terjadi.
Memaafkan, menurut Arvan Pradiansyah, berarti memasukkan pikiran ke dalam kepala bahwa orang yang menyakiti itu sesungguhnya menpunyai sisi-sisi yang baik. Sebab, sering kali orang tidak mau menerima bahwa orang lain itu mempunyai hal-hal baik. Yang dimasukkan ke dalam pikiran akhirnya kejelekannya, sehingga orang sulit untuk memaafkan. So, kalau pikiran kita diisi dengan mengingat-ingat kebaikan-kebaikan dia, maka perasaan kita akan berubah, karena sesungguhnya ketika kita memaafkan itu akan memberi manfaat kepada kita sendiri…bukan kepada orang yang berbuat kesalahan kepada kita.
Ingatlah, jangan pernah menyimpan benih kebencian dan amarah dalam diri, karena itu adalah benih benih kanker yang akan berkembang dikemudian hari.
demikian dari saya semoga membantu.
peace begin with me
Comments